Monday, February 13, 2017

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI DALAM AL-QURAN DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA SAAT INI

Oleh Mariatul Qibtiyah Humairoh

Surat dalam Al-Qur’an dan Tafsir yang menjelas tentang dakwah Nabi Muhammad SAW


“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu), dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya, kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu).” (QS. Al-Hijr: 94-95).

Tafsiran Surat al-Hijr ayat 94-95 berdasarkan Tafsir Adhwa’ul Bayan[1]

Yakni jelaskanlah dan tampakanlah apa yang diperintahkan itu. Kata ini berasal dari perkataan orang Arab: Ia menyampaikan dengan bukti jika ia berbicara secara terang-terangan.
Dalam ayat yang mulia ini, Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyampaikan apa yang diperintahkan itu secara terang-terangan tanpa sembunyi-sembunyi. Makna seperti ini juga terdapat dalam firman-Nya,

Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al-Maa’idah: 67).
Allah juga telah menyaksikan, bahwa Nabi SAW telah melaksanakan perintah itu dan menyampaikannya secara sempurna, hal ini terdapat dalam firman-Nya,
 
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging bagi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah (karena nasib dengan anak panah) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu.” (QS. Al-Maa’idah: 3), dan firman-Nya,
Maka berpalinglah kamu dari mereka dan kamu sekali-kali tidak tercela.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 54), dan ayat-ayat lain.



Peringatan
Tentang firman-Nya fashda’ sebagian ulama berpendapat berasal dari kata shada’a yang berarti menampakkan, seperti dalam perkataan mereka inshada’a Ash-Shubh yang berarti telah hilang kegelapan malam. Sebagaimana kata ini juga bermakna fajar, karena kejelasannya.
Berdasarkan pendapat ini, maka makna ayat di atas adalah tampakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu dan sampaikanlah secara terang-terangan.
Penulis Lisan Al Arab berkata: Sebagian ulama berbendapa, kata ini berasal dari shada’a yang berarti terpisah-pisah dan memecahkan sesuatu yang keras seperti kaca dan dinding. Diantara yang bermakna demikian adalah firman-Nya,

 Sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya); pada hari itu mereka teripisah-pisah.” (QS. Ar-Ruum: 43) Yakni terpisah-pisah; sebagaian di surga dan sebagian di neraka, dengan dalil firman-Nya: Pada hari terjadinya kiamat, mereka (manusia) bergolong-golongan.” (QS. Ar-Ruum: 14).
Berdasarkan pendapat ini, maka makana ayat di atas adalah bedakanlah anatara yang hak dan yang batil dengan apa yang Allah perintahkan kepdamu untuk disampaikan.
Firman Allah:

“Dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. Al-Hijr: 94) .
Tentang ayat yang mulia ini, ada dua pendapat yang masyhur di kalangan ulama:
Pertama, makana ayat ini adalah jangan pedulikan pendustaan dan olok-olok mereka serta jangan pula hal itu menyusahkanmu, sesungguhnya Allah yang menjagamu dari mereka.
Jadi makna ayat menurut penakwilan ini adalah sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu, yakni sampaikanlah risalah Tuhanmu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik, yakni jangan pedulikan dan takut kepada mereka. Makna ini adalah seperti halnya firman Allah,

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (QS. Al-Maa’idah: 67).
Kedua, --- dan ini yang lebih jelas dari makna ayat di atas--- bahwa Nabi SAW pada mulanya diperintahkan untuk berpaling dari orang-orang musyrik, kemudian perintah itu dihapus dengan ayat-ayat perang. Diantara ayat-ayat yang menunjukan hal itu adalah firman-Nya,

Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al-An’aam: 106), dan firman-Nya,  Maka berpalinglah kamu dari mereka dan unggulah, sesungguhnya mereka (juga) menunggu” (QS. As-Sajdah: 30), dan firman-Nya,

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak menginginkan kecuali kehidupan dunia.” (QS. An-Najm: 29), dan firman-Nya, _____ “ dan janganlah kamu menurti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. Janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 48). Dan ayat-ayat lainnya.
Firman Allah:

Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memeprolok-olok (kamu).” (QS. Al-Hijr: 95)
Allah terangkan dalam ayat yang mulia ini, Dia memelihara Nabi-Nya dari orang-orang yang memperolok-oloknya, yaitu kaum Quraisy. Di tempat lain disebutkan kalau Allah juga menjaganya dari selain mereka, seperi firman-Nya tentang Ahli Kitab,   Maka Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah: 137).  Dan firman-Nya  Bukankah Allah cukup untuk melindungi hambanya.” (QS. Az-Zumar: 36), dan ayat-ayat lainnya.
Orang-orang yang memperolok-olok Nabi SAW adalah Walid bin Al Mughirah, ‘Ash bin Wa’il, Harits bin Qais As-Sahmi, Aswab bin ‘Abd Yaghuts, dan Aswab bin Muthalib. Bencana yang menyebabkan kebinasaan mereka sangat masyhur dalan catatan sejarah.

Tafsiran Surat al-Hijr ayat 94-95 berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir[2]

Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah saw agar menyampaikan dan merumuskan risalah yang dibawanya dari Allah, yaitu menghadapi kaum musyrikin dengan risalah itu. Ibnu Abbas menafsirkan, “Sampaikanlah apa yang diperintahkan,” dengan: laksanakanlah ia. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi Muhammad saw senantiasa menyampaikan risalahnya secara sembunyi-sembunyi hingga diturunkanlah ayat, “Sampaikanlah apa yang diperintahkan.” Maka ke luarlah beliau bersama para sahabatnya. Firman Allah Ta’ala, “Dan berpalinglah dari kaum musyrikin. Sesungguhnya, Kami memeliharamu dari orang-orang yang memperolok-olokkan,” yaitu sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu berpaling kepada orang-orang yang menyekutukan, yaitu mereka yang hendak menghalang-halangi kamu dari ayat-ayat Allah. “Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak mereka persikap lunak pula.”  Dan janganlah kamu bersembunyi dari mereka karena Allah akan mencukupimu atas mereka dan melindungimu dari gangguan mereka.
Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzaar meriwayatkan dari Anas: Sesungguhnya, Kami memeliharamu dari orang-orang yang memperolok-olok. “Orang-orang yang menetapkan Tuhan lain bersama Allah.”
 “Annas berkata, ‘Suatu kali Rasulullah saw lewat, maka sebagaian orang musyrik mengolok-olok beliau. Kemudian datanglah malaikat Jibril melindungi beliau. Annas berkata: Kemudian Jibril memperolok mereka sehingga pada tubuh mereka terdapat luka seperti bekas tusukan, lalu mereka pun mati.” (HR Bazzaar)
 Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa dedengkot  mereka adalah Walid bin Maghirah. Dialah orang yang mengumpulkan kaum musyrikin. Menurut pendapat yang paling shahih diantara dua pendapat yang ada mengatakan bahwa jumlah mereka lima orang. Mereka merupakan para pemuka dan orang terpandang di kaumnya, yaitu pemuka Bani Asad, Zuhrah, Makhazum, Sham, dan Khuza’ah.

Tafsiran Surat al-Hijr ayat 94-95 berdasarkan Tafsir Al-Wasith[3]

Ayat, “Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (engkau).” Turun sebagaimana diungkapkan dalam hadist yang disampaikan oleh Bazzar dan Thabrani dari Anas bin Malik bahwa dia mengatakan; Nabi saw. melintas di dekat sejumlah orang di Mekkah. Mereka pun mengelus tengkuk leher beliau (isyarat pelecehan) dan berkata; inikah yang menyatakan bahwa dia nabi dan Jibril bersamanya. Lalu Jibril memeberi isyarat dengan jarinya lantas jatuhlah seperti kuku pada badan mereka yang akibatnya menjadi luka yang memebeusuk sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mendekati mereka. Kemudian Allag meurunkan, “Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (engkau).”
Nabi saw begitu sabar dalam menghadapi gangguan dan permusuhan kaum beliau. Akan tetapi Allah yang memerintahkan beliau agar memeberi peringatan kepada orang-orang yang ingkar itu dan mengancam mereka dengan perhitungan yang sulit, memerintahkan beliau setelah itu untuk menyampaikan dakwah beliau kepada mereka semua secara terang-terangan, serta mengahadapi orang-orang musyrik tanpa mempertimbangkan ganguan atau rintangan, atau intimidasi dari mereka karena sesungguhnya Allah melindungi dan menjaga beliau dari mereka, dan beliau tidak perlu menghiraukan para tokok kaum musyrikin yang hendak mencegah ayat-ayat Allah SWT. Ini merupakan satu bentuk gencatan senjata.
Kemudian Allah memebritahukan kepada Nabi-Nya bahwa Allah melindungi beliau dari orang-orang yang mengolok-olok beliau dari kalangan orang-orang kafir mekah dengan berbagai petaka dan keterpurukan dari Allah yang menimpa mereka, tanpa ada upaya untuk melakukan itu oleh Muhammad saw., dan beliau pun tidak dibebani kesulitan. Orang-orang yang mengolok-olok yang menyombongkan diri itu berjumlah lima orang; Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Muthalib, Abu Zam’ah, Aswab bin Abd Yaghuts, dan Haris bin Qais dari Khuza’ah dan ibunya, Ghaithalah.

Analisis
Setelah Nabi Muhammad Saw.diangkat menjadi rasul, maka kehidupan yang dilakoni beliau setelah pengangkatan tersebut adalah berdakwah. Apa itu berdakwah? Yakni, melakukan serangkai upaya guna dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat kelak. Inilah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam upaya menyebarkan agama Islam sekaligus menyebarkan kebaikan bagi kaumnya secara khusus (yang belum masuk Islam) dan seluruh umat manusia pada umumnya di dunia dan di akhirat.
Dalam dakwahnya, Nabi Muhammad Saw. kerap kali mendapat pertentangan dan cemoohan dari kaum Kafir Quraisy. Namun, beliau tidak membalas cemoohan, ejekan maupun berbagai upaya yang dilakukan oleh kaum Quraisy dalam mengahadang dakwah beliau. Meskipun mendapat kecaman, ancaman, pembunuhan, ejekan, dan lain-lain, Nabi Muhammad Saw. tetap tak menyerah dalam menyebarkan agama Allah Swt. Terbukti, berkat kesabaran dan pantang menyerah itu, beliau akhirnya mendapat banyak pengikut pada awal-awal dakwahnya.
Setelah turunya ayat-ayat yang menyeru untuk berdakwah dan mengajak manusia kepada Allah Swt. maka Nabi Muhammad Saw. bangkit untuk melaksanakan misi tersebut. Sementara itu kaumnya adalah orang-orang berkarakter kasar, yang tidak memiliki agama selain menyembah berhala patung. Dalam hal tersebut, sejatinya mereka tidak memiliki argumentasi yang kuat, selain argumentasi bahwa peribadahan berhala hanyalah mengikuti sesuatu yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Etika yang mereka miliki hanya berorientasi pada kekuatan dan kebanggaan pada harga diri. Tidak ada jalan lain dalam menyelesaikan masalah, selain dengan menghunus pedang.
Allah Swt. menetapkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk melaksanakan dakwah secara sembunyi-sembunyi, dengan mengarahkan dakwah hanya kepada orang-orang baik yang mencintai kebenaran, terpercaya dan suka kedamaian. Kemudian memprioritaskan keluarga, kerabat, para sahabat, dan teman sejawat daripada orang lain. Oleh karena itu selama tiga tahun pertama, beliau hanya menyebarkan agama terbatas pada teman-teman dekat dan kerabatnya. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Ishaq dan Waqidi. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Nabi Muhammad Saw. adalah para anggota keluarganya, tetapi tidak semua orang terdekatnya menerima dakwah ini. Sebagai contoh Abu Thalib tidak meyakini ajaran yang dibawa oleh beliau. Begitu pula dengan salah satu pamannya yang bernama Abu Lahab. Bahkan, ia menjadi penentang keras dakwah Nabi Muhammad Saw.
Setelah dirasa sudah mendapat banyak dukungan dari sanak keluarga, saudara. Dan tetangga dari hasil dakwah secara sembunyi-sembunyi, maka Nabi Muhammad Saw. kemudian beliau memberanikan diri berdakwah secara terang-terangan di pemuka kaum Quraisy. Tentunya, alasan dakwah secara terang-terangan ini juga berlandaskan perintah Allah Swt.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad Saw. menjalankan dakwahnya dengan dua cara, yakni secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Dari kedua cara tersebut beliau menerapkan metode dakwah yang berbeda. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai metode dakwah yang digunakan Nabi Muhammad Saw. saat beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi maupun saat beliau berdakwah secara terang-terangan.
1.      Metode Dakwah secara Sembunyi-sembunyi

Beberapa metode yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam berdakwah secara sembunyi-sembunyi, antara lain:

a.       Metode Personal
Metode ini terjadi dengan cara individual, yaitu antara penyeru dan yang diseru bertatap muka secara langsung sehingga materi yang disampaikan langsung diterima. Dan biasanya reaksi yang ditimbulkan orang yang diseru langsung diketahui. Pendekatan ini dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk mencegah guncangan reaksoner di kalangan masyarakat Quraisy, yang saat itu masih memegang kepercayaan animisme warisan leluhur mereka.
b.      Metode Pendidikan
Pada zaman Nabi Muhammad Saw., pendidikan dilakukan dengan cara mendatangi rumah ke rumah. Atau, menjadikan salah sau rumah sahabat untuk dijadikan tempat pemberian materi-materi Islam. Seperti rumah sahabat Al-Arqam bin Abi Arqam, yang dijadikan tempat pertama menyampaikan materi-materi pendidikan Islam.
c.       Metode Diskusi
Dalam metode diskusi, Nabi Muhammad Saw. sebagai narasumber, sedangkan objek dakwah sebagai audiens. Tujuannya ialah untuk memecahkan problematika yang ada kaitannya dengan dakwah. Sehingga, sesuatu yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Pada masa dakwah sembunyi-sembunyi, metode diskusi masih dalam seputar ketauhidan, atau apa-apa saja ajaran Islam itu, dan juga mengenai kehidupan setelah mati. Selain itu diskusi pada kondisi seperti ini tidak leluasa, karena harus sembunyi-sembunyi.
d.      Metode Bil Hal
Dakwah metode ini dilakukan dengan cara ajakan melalui upaya penyatuan elaborasi antara pemahaman atau pengetahuan (thinking) dengan keyakinan atau perasaan (feeling). Dengan demikian dakwah dengan metode ini dapat dilakukan dengan mauidhah hasanah (memberi contoh teladan)
e.       Metode Bil Hikmah
Dari sekian metode awal yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah (setelah menerima wahyu kenabian), metode bil hikmah adalah salah satu metode yang populer. Maksud dari dakwah bil hikmah adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri tidak merasa ada paksaan, tertekan, maupu konflik. Dengan kata lain, dakwah bil hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

2.      Metode Dakwah secara Terang-terangan

Dalam melakukan dakwah secara terang-terangan, Nabi Muhammad was., menggunakan metode dakwah yang berbeda dari metode dakwah sebelumnya. Adapun beberapa metode dakwah yang dilakukan oleh beliau saat berdakwah secara terang-terangan adalah sebagai berikut:

a.       Politik Pemerintahan
Merasa dakwah di Mekah semakin terasa berat, karena perlakuan orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad Saw., dan umatnya semakin sadis, bahkan sampai mengancam nyawa dan raganya, maka demi keselamatan nyawa dan keselamatan umat muslim, Nabi Muhammad Saw., dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk hijrah ke luar daerah. Contohnya adalah ketika beliau hijrah ke Madinah. Keputusan hijrah ke Madinah bukan semata-mata atas kehendaknya sendiri, melainkan memang atas perintah orang Madinah. Sehingga, kebanyakan penduduk Madinah secara terbuka menerima ajaran-ajaran agama Nabi Muhammad Saw. Di Madinah beliau mendapat sahabat (Anshar) yang semakin hari semakin bertambah. Sehingga, beliau menggunakan politik pemerintahannya, yakni mendirikan negara dengan nilai-nilai Islam, yang semua urusan ekonomi, hukum, tata ekonomi, sosial dan sebagainya berasakan Islam. Hal ini berarti dakwah islamiyah beliau sebagai tujuan utama negara.
b.      Surat-menyurat
Metode dakwah Nabi Muhammad Saw., bukan saja dengan cara politik pemerintah, tetapi juga dengan cara metode surat-menyurat. Metode ini dilakukan oleh beliau kepada berbagai negara tetangga, seperti Yaman, Syam, dan lain-lain. Ada pun hasilnya sudah barang tentu ada yang menerima dana da yang menolaknya Beberapa metode seperti ini menggambarkan abhwa beliau memiliki kecakapan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan zaman mutakhir.
Dalam menerapkan metode surat-menyurat, Nabi Muhammad Saw., mengirim utusan dan mubaligh ke sejumlah negara. Saat melepas mereka, beliau menekankan untuk menjaga nilai-nilai moral dan menghormati manusia. Sejumlah mubaligh yang dikirim beliau berhasil mencapai kesuksesan menyebarkan agama Islam dan sebagian lain masuk ke dalam makar musuh. Nabi Muhammad Saw., juga menulis surat kepada sejumlah pemimpin negara, termasuk Raja Mesir, Romawi dan Iran. Ini juga termasuk metode dakwah beliau yang dapat kita saksikan dalam sejarah perjalan hidup beliau.
c.       Metode Peperangan
Perang adalah metode dakwah Nabi Muhammad Saw. yang paling terakhir. apabila sudah tidak ada lagi jalan keluar (lain) yang ditempuh, maka peranglah jawabannya. Seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Yarmuk, dan lain sebagainya. Metode dakwah menggunakan gencatan senjata ini memang tampak sangat membahayakan, karena bala tentara Nabi Muhammad Saw. lebih sedikit dibandingkan dengantentara orang kafir. Namun, sejarah Islam telah membuktikan bahwa peperang beliau dengan orang kafir jarang sekali menemui kekalahan. Dengan demikian peperangan dapat menguntungkan dan menambah tersiarnya agama Islam ke berbagai penjuru alam.

Kontekstualisasi Metode Dakwah Nabi Muhammad Saw.

Dari metode-metode yang pernah Nabi Muhammad Saw. gunakan jelas hal itu telah menjadi inspirasi tersendiri bagi umat Islam dalam upaya berdakwah menyebarkan dan memperkokoh agama Islam. Dan Metode-metode tersebut masih dapat digunakan di zaman sekarang ini.

Metode Personal yaitu metode dimana antara penyeru dan yang diseru bertatap muka secara langsung sehingga materi yang disampaikan langsung diterima. Dan akan terjalin hubungan yang lebih inteam contohnya pada saat ini adalah kajian-kajian yang telah banyak dikenal oleh para aktifis remaja muslim seperti liqo atau mentoring, dimana pemateri menjadi seorang mentor untuk satu orang atau lebih dan biasanya setiap grup liqo tidak lebih dari lima orang, mereka akan mendapat materi dari sang mentor yang berkaitan dengan Islam atau isu-isu terhangat yang sedang terjadi baik di negeri ini atau di luar negeri. Metode liqo ini sudah banyak dikenal dijajaran anak-anak remaja, biasanya grup liqo tersebut membuat jadwal pertemuan seminggu sekali untuk pembahasan materi disamping itu mereka juga merapkan sistem menghafal Al-Qur’an sehingga setiap satu minggu sekali mereka menyetorkan hafalan mereka kepada sang mentor. Beberapa sekolah Islam sudah menerapkan metode tersebut bahkan ada sekolah yang meluangkan satu hari untuk kegiatan mentoring yang dipimpin oleh ustad atau ustazah mereka.

Metode pendidikan bukan suatu yang asing lagi dalam Islam di zaman sekarang ini, contohnya adalah adanya pesantren yang begitu banyak di Indonesia ini, pesantren seperti hadiah terindah yang Allah berikan kepada Indonesia. Selain pesantren banyaknya sekolah-sekolah Islam yang berdiri dari mulai tingkatan yang paling dasar seperti Play Group, kemudian Madrasah Diniyah, MI, MTs, dan MA. Disamping itu sekarang ini juga banyaknya sekolah-sekolah Islam swasta yang didirikan untuk misi dakwah dalam upaya mencetak generasi Islam dimasa depan. Agar orang tak merasa pesantren itu kuno maka hal itu dialihkan kepada sekolah yang bernama Islamic Boarding School atau sekolah asrama yang di dalamnya sangat kental dengan nilai-nilai Islamnya. Di Indonesia ini sendiri sudah sangat mudah mencari sekolah yang berlandaskan Islam mulai dari Play Group sampai dengan tingkat Universitas sangat mudah ditemui.

Metode Diskusi bukan suatu yang asing pula, karena sekarang ini sudah banyaknya seminar-seminar yang dilakukan oleh para da’i indonesia terutama para da’i muda seperti Alfin Faiz, Wirdan Mansur, Muzamil, Resa Rere. Seminar-seminaR tentang Islam ini salah satu metode yang cukup jitu untuk menggait para remaja, karena kebanyak dari mereka tertarik terlebih pada kalangan mahasiswa.
Metode Bil Hal, metode dengan cara memberikan contoh tauladan yang baik. Sehingga apa yang kita lakukan dapat ditiru oleh mad’u. Contohnya bisa kita lihat pada KH Arifin Ilham, beliau menikahkan putra pertamanya pada usia 17 tahun dengan seorang wanita mualaf keturunan tiongha. Hal itu memjelaskan bahwa dalam Islam seorang laki-laki dan prempuan mempunyai batasan terntentu. Agar terhindarnya dari perzinahan maka seorang prempuan dan laki-laki yang sudah dianggap mampu (secara psikologis, materi, ilmu dan lain sebagainya) untuk menikah maka disegerakan.
Metode dakwah Nabi Muhammad Saw., salah satunya adalah surat-meyurat, lalu bagaimana dengan da’i sekarang ini apakah mereka juga melakukan metode tersebut? Iya bisa jadi, tapi yang jelas mereka menggunakan kemampuan menulis mereka untuk berdakwah. Baik itu tulisan mereka yang dicetak menjadi buku ataupun hanya tulisan-tulisan mereka yang disebar melalui media sosial mereka. Banyak sekali para da'i yang melakukan dakwah melalui tulisannya, contohnya Ust Yusuf Mansur yang sudah sangat banyak menerbitkan buku baik yang bertemakan sedekah, tauhid, sholawat dan lain-lainnya. Selain dalam bentuk buku Ust Yusuf Mansur juga sangat aktif membagikan tulisan-tulisannya diberbagai media sosial baik itu Fans Page Facebooknya, Twitter, Instagram dan  situs websitenya. Tak kalah dari Ust Yusuf Mansur, seorang mualaf keturunan Tionghoa sering kita dengar dengan sebutan Ust Felix Siauw, beliu juga melakukan dakwahnya salah satunya dengan metode menulis, buku karangnya sudah menjadi best seller seperti Muhammad Al-Fatih 1453, Udah Putusin Aja, Yuk Berhijab.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2013. Kitab Sejarah Nabi Muhammad Saw. Jogjakarta: Diva Press.

Asy-syanqithi, Syaikh. 2007. Tafsir Adhwa’ul Bayan Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam.

Ar-Rifa’i, Muahmmad Nasib. 2012. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Jakarta: Gema Insani.

Az-Zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith. Jakarta: Gema Insani.

https://quran.com


[1] Syaikh Asy-Syanqithi, Tafsisr Adhwa’ul Bayan Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam,  2007) hlm. 331-334.
[2] Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2012) hlm. 714.
[3] Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2013) hlm. 276-277.
 


1 comment:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Islami Dakwah

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa

    ReplyDelete