Oleh Mariatul Qibtiyah Humairoh
Surat dalam
Al-Qur’an
dan Tafsir yang menjelas tentang dakwah Nabi Muhammad SAW
“Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu), dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya, kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu).”
(QS. Al-Hijr: 94-95).
Tafsiran Surat al-Hijr
ayat 94-95 berdasarkan Tafsir Adhwa’ul Bayan[1]
Yakni jelaskanlah dan tampakanlah apa yang
diperintahkan itu. Kata ini berasal dari perkataan orang Arab: Ia menyampaikan
dengan bukti jika ia berbicara secara terang-terangan.
Dalam ayat yang mulia ini, Allah memerintahkan
Nabi-Nya agar menyampaikan apa yang diperintahkan itu secara terang-terangan
tanpa sembunyi-sembunyi. Makna seperti ini juga terdapat dalam firman-Nya,
“Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al-Maa’idah:
67).
Allah juga telah menyaksikan, bahwa Nabi SAW telah
melaksanakan perintah
itu dan menyampaikannya secara sempurna, hal ini terdapat dalam firman-Nya,
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging bagi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah (karena nasib dengan anak panah) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
kusempurnakan untukmu agamamu.” (QS. Al-Maa’idah: 3), dan firman-Nya,
“Maka berpalinglah kamu dari mereka dan kamu
sekali-kali tidak tercela.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 54), dan ayat-ayat lain.
Peringatan
Tentang firman-Nya fashda’ sebagian ulama berpendapat berasal dari kata shada’a yang berarti menampakkan,
seperti dalam perkataan mereka inshada’a
Ash-Shubh yang berarti telah hilang kegelapan malam. Sebagaimana kata ini
juga bermakna fajar, karena kejelasannya.
Berdasarkan pendapat ini, maka makna ayat di atas
adalah tampakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu dan sampaikanlah secara
terang-terangan.
Penulis Lisan
Al Arab berkata: Sebagian ulama berbendapa, kata ini berasal dari shada’a yang berarti terpisah-pisah dan
memecahkan sesuatu yang keras seperti kaca dan dinding. Diantara yang bermakna
demikian adalah firman-Nya,
“Sebelum datang dari Allah suatu hari yang
tak dapat ditolak (kedatangannya); pada hari itu mereka teripisah-pisah.”
(QS. Ar-Ruum: 43) Yakni terpisah-pisah; sebagaian di surga dan sebagian di
neraka, dengan dalil firman-Nya: “Pada hari terjadinya kiamat, mereka
(manusia) bergolong-golongan.” (QS. Ar-Ruum: 14).
Berdasarkan pendapat ini, maka makana ayat di atas
adalah bedakanlah anatara yang hak dan yang batil dengan apa yang Allah
perintahkan kepdamu untuk disampaikan.
Firman
Allah:
“Dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. Al-Hijr: 94) .
Tentang ayat yang mulia ini, ada dua pendapat yang
masyhur di kalangan ulama:
Pertama, makana ayat ini adalah jangan pedulikan
pendustaan dan olok-olok mereka serta jangan pula hal itu menyusahkanmu,
sesungguhnya Allah yang menjagamu dari mereka.
Jadi makna ayat menurut penakwilan ini adalah
sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu, yakni
sampaikanlah risalah Tuhanmu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik, yakni
jangan pedulikan dan takut kepada mereka. Makna ini adalah seperti halnya
firman Allah,
“Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kamu kerjakan
(apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia.”
(QS. Al-Maa’idah: 67).
Kedua, --- dan ini yang lebih jelas dari makna ayat
di atas--- bahwa Nabi SAW pada mulanya diperintahkan untuk berpaling dari
orang-orang musyrik, kemudian perintah itu dihapus dengan ayat-ayat perang.
Diantara ayat-ayat yang menunjukan hal itu adalah firman-Nya,
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu
dari Tuhanmu.” (QS. Al-An’aam: 106), dan firman-Nya, “Maka berpalinglah kamu dari mereka dan unggulah, sesungguhnya mereka
(juga) menunggu” (QS. As-Sajdah: 30), dan firman-Nya,
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang
yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak menginginkan kecuali kehidupan dunia.”
(QS. An-Najm: 29), dan firman-Nya, _____ “ dan
janganlah kamu menurti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. Janganlah
kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah.” (QS.
Al-Ahzaab: 48). Dan ayat-ayat lainnya.
Firman
Allah:
“Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari
(kejahatan) orang-orang yang memeprolok-olok (kamu).” (QS. Al-Hijr: 95)
Allah terangkan dalam ayat yang mulia ini, Dia
memelihara Nabi-Nya dari orang-orang yang memperolok-oloknya, yaitu kaum
Quraisy. Di tempat lain disebutkan kalau Allah juga menjaganya dari selain
mereka, seperi firman-Nya tentang Ahli Kitab, “Maka Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 137). Dan firman-Nya “Bukankah
Allah cukup untuk melindungi hambanya.”
(QS. Az-Zumar: 36), dan ayat-ayat lainnya.
Orang-orang yang memperolok-olok Nabi SAW adalah
Walid bin Al Mughirah, ‘Ash bin Wa’il, Harits bin Qais As-Sahmi, Aswab bin ‘Abd
Yaghuts, dan Aswab bin Muthalib. Bencana yang menyebabkan kebinasaan mereka
sangat masyhur dalan catatan sejarah.
Tafsiran Surat al-Hijr
ayat 94-95 berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir[2]
Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah saw agar
menyampaikan dan merumuskan risalah yang dibawanya dari Allah, yaitu menghadapi
kaum musyrikin dengan risalah itu. Ibnu Abbas menafsirkan, “Sampaikanlah apa yang diperintahkan,” dengan:
laksanakanlah ia. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi Muhammad saw
senantiasa menyampaikan risalahnya secara sembunyi-sembunyi hingga
diturunkanlah ayat, “Sampaikanlah apa
yang diperintahkan.” Maka ke luarlah beliau bersama para sahabatnya. Firman
Allah Ta’ala, “Dan berpalinglah dari kaum
musyrikin. Sesungguhnya, Kami memeliharamu dari orang-orang yang
memperolok-olokkan,” yaitu sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu dan janganlah kamu berpaling kepada orang-orang yang menyekutukan,
yaitu mereka yang hendak menghalang-halangi kamu dari ayat-ayat Allah. “Maka mereka menginginkan supaya kamu
bersikap lunak mereka persikap lunak pula.” Dan janganlah kamu bersembunyi dari mereka
karena Allah akan mencukupimu atas mereka dan melindungimu dari gangguan
mereka.
Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzaar meriwayatkan dari
Anas: Sesungguhnya, Kami memeliharamu dari orang-orang yang memperolok-olok. “Orang-orang yang menetapkan Tuhan lain
bersama Allah.”
“Annas berkata, ‘Suatu kali Rasulullah saw
lewat, maka sebagaian orang musyrik mengolok-olok beliau. Kemudian datanglah
malaikat Jibril melindungi beliau. Annas berkata: Kemudian Jibril memperolok
mereka sehingga pada tubuh mereka terdapat luka seperti bekas tusukan, lalu
mereka pun mati.” (HR
Bazzaar)
Ibnu Ishaq
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa dedengkot mereka adalah Walid bin Maghirah. Dialah
orang yang mengumpulkan kaum musyrikin. Menurut pendapat yang paling shahih
diantara dua pendapat yang ada mengatakan bahwa jumlah mereka lima orang.
Mereka merupakan para pemuka dan orang terpandang di kaumnya, yaitu pemuka Bani
Asad, Zuhrah, Makhazum, Sham, dan Khuza’ah.
Tafsiran Surat al-Hijr
ayat 94-95 berdasarkan Tafsir Al-Wasith[3]
Ayat, “Sesungguhnya
Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang-orang yang
memperolok-olokan (engkau).” Turun sebagaimana diungkapkan dalam hadist
yang disampaikan oleh Bazzar dan Thabrani dari Anas bin Malik bahwa dia
mengatakan; Nabi saw. melintas di dekat sejumlah orang di Mekkah. Mereka pun
mengelus tengkuk leher beliau (isyarat pelecehan) dan berkata; inikah yang
menyatakan bahwa dia nabi dan Jibril bersamanya. Lalu Jibril memeberi isyarat
dengan jarinya lantas jatuhlah seperti kuku pada badan mereka yang akibatnya
menjadi luka yang memebeusuk sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mendekati
mereka. Kemudian Allag meurunkan, “Sesungguhnya
Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang-orang yang
memperolok-olokan (engkau).”
Nabi saw begitu sabar dalam menghadapi gangguan dan
permusuhan kaum beliau. Akan tetapi Allah yang memerintahkan beliau agar
memeberi peringatan kepada orang-orang yang ingkar itu dan mengancam mereka
dengan perhitungan yang sulit, memerintahkan beliau setelah itu untuk menyampaikan
dakwah beliau kepada mereka semua secara terang-terangan, serta mengahadapi
orang-orang musyrik tanpa mempertimbangkan ganguan atau rintangan, atau
intimidasi dari mereka karena sesungguhnya Allah melindungi dan menjaga beliau
dari mereka, dan beliau tidak perlu menghiraukan para tokok kaum musyrikin yang
hendak mencegah ayat-ayat Allah SWT. Ini merupakan satu bentuk gencatan
senjata.
Kemudian
Allah memebritahukan kepada Nabi-Nya bahwa Allah melindungi beliau dari
orang-orang yang mengolok-olok beliau dari kalangan orang-orang kafir mekah
dengan berbagai petaka dan keterpurukan dari Allah yang menimpa mereka, tanpa
ada upaya untuk melakukan itu oleh Muhammad saw., dan beliau pun tidak dibebani
kesulitan. Orang-orang yang mengolok-olok yang menyombongkan diri itu berjumlah
lima orang; Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Muthalib, Abu Zam’ah,
Aswab bin Abd Yaghuts, dan Haris bin Qais dari Khuza’ah dan ibunya, Ghaithalah.
Analisis
Setelah Nabi Muhammad Saw.diangkat menjadi rasul,
maka kehidupan yang dilakoni beliau setelah pengangkatan tersebut adalah berdakwah. Apa itu
berdakwah? Yakni, melakukan serangkai upaya guna dapat mewujudkan kesejahteraan
masyarakat baik di dunia maupun di akhirat kelak. Inilah yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad Saw. dalam upaya menyebarkan agama Islam sekaligus menyebarkan
kebaikan bagi kaumnya secara khusus (yang belum masuk Islam) dan seluruh umat
manusia pada umumnya di dunia dan di akhirat.
Dalam dakwahnya, Nabi Muhammad Saw. kerap kali
mendapat pertentangan dan cemoohan dari kaum Kafir Quraisy. Namun, beliau tidak
membalas cemoohan, ejekan maupun berbagai upaya yang dilakukan oleh kaum
Quraisy dalam mengahadang dakwah beliau. Meskipun mendapat kecaman, ancaman,
pembunuhan, ejekan, dan lain-lain, Nabi Muhammad Saw. tetap tak menyerah dalam
menyebarkan agama Allah Swt. Terbukti, berkat kesabaran dan pantang menyerah
itu, beliau akhirnya mendapat banyak pengikut pada awal-awal dakwahnya.
Setelah turunya ayat-ayat yang menyeru untuk
berdakwah dan mengajak manusia kepada Allah Swt. maka Nabi Muhammad Saw.
bangkit untuk melaksanakan misi tersebut. Sementara itu kaumnya adalah
orang-orang berkarakter kasar, yang tidak memiliki agama selain menyembah
berhala patung. Dalam hal tersebut, sejatinya mereka tidak memiliki argumentasi
yang kuat, selain argumentasi bahwa peribadahan berhala hanyalah mengikuti
sesuatu yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Etika yang mereka miliki
hanya berorientasi pada kekuatan dan kebanggaan pada harga diri. Tidak ada
jalan lain dalam menyelesaikan masalah, selain dengan menghunus pedang.
Allah Swt. menetapkan kepada Nabi Muhammad Saw.
untuk melaksanakan dakwah secara sembunyi-sembunyi, dengan mengarahkan dakwah
hanya kepada orang-orang baik yang mencintai kebenaran, terpercaya dan suka
kedamaian. Kemudian memprioritaskan keluarga, kerabat, para sahabat, dan teman
sejawat daripada orang lain. Oleh karena itu selama tiga tahun pertama, beliau
hanya menyebarkan agama terbatas pada teman-teman dekat dan kerabatnya.
Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Ishaq dan Waqidi. Kebanyakan dari mereka
yang percaya dan meyakini ajaran Nabi Muhammad Saw. adalah para anggota
keluarganya, tetapi tidak semua orang terdekatnya menerima dakwah ini. Sebagai
contoh Abu Thalib tidak meyakini ajaran yang dibawa oleh beliau. Begitu pula
dengan salah satu pamannya yang bernama Abu Lahab. Bahkan, ia menjadi penentang
keras dakwah Nabi Muhammad Saw.
Setelah dirasa sudah mendapat banyak dukungan dari
sanak keluarga, saudara. Dan tetangga dari hasil dakwah secara sembunyi-sembunyi,
maka Nabi Muhammad Saw. kemudian beliau memberanikan diri berdakwah secara
terang-terangan di pemuka kaum Quraisy. Tentunya, alasan dakwah secara
terang-terangan ini juga berlandaskan perintah Allah Swt.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad Saw.
menjalankan dakwahnya dengan dua cara, yakni secara sembunyi-sembunyi dan
secara terang-terangan. Dari kedua cara tersebut beliau menerapkan metode
dakwah yang berbeda. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai metode dakwah yang
digunakan Nabi Muhammad Saw. saat beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi
maupun saat beliau berdakwah secara terang-terangan.
1.
Metode
Dakwah secara Sembunyi-sembunyi
Beberapa metode yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
dalam berdakwah secara sembunyi-sembunyi, antara lain:
a. Metode
Personal
Metode ini terjadi dengan cara individual, yaitu
antara penyeru dan yang diseru bertatap muka secara langsung sehingga materi
yang disampaikan langsung diterima. Dan biasanya reaksi yang ditimbulkan orang yang
diseru langsung diketahui. Pendekatan ini dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
untuk mencegah guncangan reaksoner di kalangan masyarakat Quraisy, yang saat
itu masih memegang kepercayaan animisme warisan leluhur mereka.
b. Metode
Pendidikan
Pada zaman Nabi Muhammad Saw., pendidikan dilakukan
dengan cara mendatangi rumah ke rumah. Atau, menjadikan salah sau rumah sahabat
untuk dijadikan tempat pemberian materi-materi Islam. Seperti rumah sahabat
Al-Arqam bin Abi Arqam, yang dijadikan tempat pertama menyampaikan
materi-materi pendidikan Islam.
c. Metode
Diskusi
Dalam metode diskusi, Nabi Muhammad Saw. sebagai
narasumber, sedangkan objek dakwah sebagai audiens. Tujuannya ialah untuk
memecahkan problematika yang ada kaitannya dengan dakwah. Sehingga, sesuatu
yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Pada masa dakwah
sembunyi-sembunyi, metode diskusi masih dalam seputar ketauhidan, atau apa-apa
saja ajaran Islam itu, dan juga mengenai kehidupan setelah mati. Selain itu
diskusi pada kondisi seperti ini tidak leluasa, karena harus sembunyi-sembunyi.
d. Metode
Bil Hal
Dakwah metode ini dilakukan dengan cara ajakan
melalui upaya penyatuan elaborasi antara pemahaman atau pengetahuan (thinking)
dengan keyakinan atau perasaan (feeling). Dengan demikian dakwah dengan metode
ini dapat dilakukan dengan mauidhah
hasanah (memberi contoh teladan)
e. Metode
Bil Hikmah
Dari sekian metode awal yang digunakan oleh Nabi
Muhammad Saw. dalam berdakwah (setelah menerima wahyu kenabian), metode bil
hikmah adalah salah satu metode yang populer. Maksud dari dakwah bil hikmah
adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan
pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan
dakwah atas kemauannya sendiri tidak merasa ada paksaan, tertekan, maupu
konflik. Dengan kata lain, dakwah bil hikmah merupakan suatu metode pendekatan
komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
2.
Metode
Dakwah secara Terang-terangan
Dalam melakukan dakwah secara terang-terangan, Nabi
Muhammad was., menggunakan metode dakwah yang berbeda dari metode dakwah
sebelumnya. Adapun beberapa metode dakwah yang dilakukan oleh beliau saat
berdakwah secara terang-terangan adalah sebagai berikut:
a. Politik
Pemerintahan
Merasa dakwah di Mekah semakin terasa berat, karena
perlakuan orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad Saw., dan umatnya semakin sadis,
bahkan sampai mengancam nyawa dan raganya, maka demi keselamatan nyawa dan
keselamatan umat muslim, Nabi Muhammad Saw., dan sahabat-sahabatnya memutuskan
untuk hijrah ke luar daerah. Contohnya adalah ketika beliau hijrah ke Madinah.
Keputusan hijrah ke Madinah bukan semata-mata atas kehendaknya sendiri,
melainkan memang atas perintah orang Madinah. Sehingga, kebanyakan penduduk
Madinah secara terbuka menerima ajaran-ajaran agama Nabi Muhammad Saw. Di
Madinah beliau mendapat sahabat (Anshar) yang semakin hari semakin bertambah.
Sehingga, beliau menggunakan politik pemerintahannya, yakni mendirikan negara
dengan nilai-nilai Islam, yang semua urusan ekonomi, hukum, tata ekonomi,
sosial dan sebagainya berasakan Islam. Hal ini berarti dakwah islamiyah beliau
sebagai tujuan utama negara.
b. Surat-menyurat
Metode dakwah Nabi Muhammad Saw., bukan saja dengan
cara politik pemerintah, tetapi juga dengan cara metode surat-menyurat. Metode
ini dilakukan oleh beliau kepada berbagai negara tetangga, seperti Yaman, Syam,
dan lain-lain. Ada pun hasilnya sudah barang tentu ada yang menerima dana da
yang menolaknya Beberapa metode seperti ini menggambarkan abhwa beliau memiliki
kecakapan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan zaman mutakhir.
Dalam menerapkan metode surat-menyurat, Nabi
Muhammad Saw., mengirim utusan dan mubaligh ke sejumlah negara. Saat melepas
mereka, beliau menekankan untuk menjaga nilai-nilai moral dan menghormati
manusia. Sejumlah mubaligh yang dikirim beliau berhasil mencapai kesuksesan
menyebarkan agama Islam dan sebagian lain masuk ke dalam makar musuh. Nabi
Muhammad Saw., juga menulis surat kepada sejumlah pemimpin negara, termasuk
Raja Mesir, Romawi dan Iran. Ini juga termasuk metode dakwah beliau yang dapat
kita saksikan dalam sejarah perjalan hidup beliau.
c. Metode
Peperangan
Perang
adalah metode dakwah Nabi Muhammad Saw. yang paling terakhir. apabila sudah
tidak ada lagi jalan keluar (lain) yang ditempuh, maka peranglah jawabannya.
Seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Yarmuk, dan lain sebagainya. Metode
dakwah menggunakan gencatan senjata ini memang tampak sangat membahayakan,
karena bala tentara Nabi Muhammad Saw. lebih sedikit dibandingkan dengantentara
orang kafir. Namun, sejarah Islam telah membuktikan bahwa peperang beliau
dengan orang kafir jarang sekali menemui kekalahan. Dengan demikian peperangan
dapat menguntungkan dan menambah tersiarnya agama Islam ke berbagai penjuru
alam.
Kontekstualisasi
Metode Dakwah Nabi Muhammad Saw.
Dari
metode-metode yang pernah Nabi Muhammad Saw. gunakan jelas hal itu telah
menjadi inspirasi tersendiri bagi umat Islam dalam upaya berdakwah menyebarkan
dan memperkokoh agama Islam. Dan Metode-metode tersebut masih dapat digunakan
di zaman sekarang ini.
Metode Personal
yaitu metode dimana antara penyeru dan yang diseru bertatap muka secara
langsung sehingga materi yang disampaikan langsung diterima. Dan akan terjalin
hubungan yang lebih inteam contohnya pada saat ini adalah kajian-kajian yang
telah banyak dikenal oleh para aktifis remaja muslim seperti liqo atau
mentoring, dimana pemateri menjadi seorang mentor untuk satu orang atau lebih
dan biasanya setiap grup liqo tidak lebih dari lima orang, mereka akan mendapat
materi dari sang mentor yang berkaitan dengan Islam atau isu-isu terhangat yang
sedang terjadi baik di negeri ini atau di luar negeri. Metode liqo ini sudah
banyak dikenal dijajaran anak-anak remaja, biasanya grup liqo tersebut membuat
jadwal pertemuan seminggu sekali untuk pembahasan materi disamping itu mereka
juga merapkan sistem menghafal Al-Qur’an sehingga setiap satu minggu sekali
mereka menyetorkan hafalan mereka kepada sang mentor. Beberapa sekolah Islam
sudah menerapkan metode tersebut bahkan ada sekolah yang meluangkan satu hari
untuk kegiatan mentoring yang dipimpin oleh ustad atau ustazah mereka.
Metode
pendidikan bukan suatu yang asing lagi dalam Islam di zaman sekarang ini,
contohnya adalah adanya pesantren yang begitu banyak di Indonesia ini,
pesantren seperti hadiah terindah yang Allah berikan kepada Indonesia. Selain
pesantren banyaknya sekolah-sekolah Islam yang berdiri dari mulai tingkatan
yang paling dasar seperti Play Group, kemudian Madrasah Diniyah, MI, MTs, dan
MA. Disamping itu sekarang ini juga banyaknya sekolah-sekolah Islam swasta yang
didirikan untuk misi dakwah dalam upaya mencetak generasi Islam dimasa depan.
Agar orang tak merasa pesantren itu kuno maka hal itu dialihkan kepada sekolah
yang bernama Islamic Boarding School atau sekolah asrama yang di dalamnya
sangat kental dengan nilai-nilai Islamnya. Di Indonesia ini sendiri sudah
sangat mudah mencari sekolah yang berlandaskan Islam mulai dari Play Group
sampai dengan tingkat Universitas sangat mudah ditemui.
Metode Diskusi bukan suatu yang asing pula, karena
sekarang ini sudah banyaknya seminar-seminar yang dilakukan oleh para da’i
indonesia terutama para da’i muda seperti Alfin Faiz, Wirdan Mansur, Muzamil,
Resa Rere. Seminar-seminaR tentang Islam ini salah satu metode yang cukup jitu
untuk menggait para remaja, karena kebanyak dari mereka tertarik terlebih pada
kalangan mahasiswa.
Metode Bil Hal, metode dengan cara memberikan contoh
tauladan yang baik. Sehingga apa yang kita lakukan dapat ditiru oleh mad’u.
Contohnya bisa kita lihat pada KH Arifin Ilham, beliau menikahkan putra
pertamanya pada usia 17 tahun dengan seorang wanita mualaf keturunan tiongha.
Hal itu memjelaskan bahwa dalam Islam seorang laki-laki dan prempuan mempunyai
batasan terntentu. Agar terhindarnya dari perzinahan maka seorang prempuan dan
laki-laki yang sudah dianggap mampu (secara psikologis, materi, ilmu dan lain
sebagainya) untuk menikah maka disegerakan.
Metode dakwah Nabi Muhammad Saw., salah satunya adalah surat-meyurat, lalu bagaimana dengan
da’i sekarang ini apakah mereka juga melakukan metode tersebut? Iya bisa jadi,
tapi yang jelas mereka menggunakan kemampuan menulis mereka untuk berdakwah.
Baik itu tulisan mereka yang dicetak menjadi buku ataupun hanya tulisan-tulisan
mereka yang disebar melalui media sosial mereka. Banyak sekali para da'i yang
melakukan dakwah melalui tulisannya, contohnya Ust Yusuf Mansur yang sudah
sangat banyak menerbitkan buku baik yang bertemakan sedekah, tauhid, sholawat
dan lain-lainnya. Selain dalam bentuk buku Ust Yusuf Mansur juga sangat aktif
membagikan tulisan-tulisannya diberbagai media sosial baik itu Fans Page
Facebooknya, Twitter, Instagram dan
situs websitenya. Tak kalah dari Ust Yusuf Mansur, seorang mualaf
keturunan Tionghoa sering kita dengar dengan sebutan Ust Felix Siauw, beliu
juga melakukan dakwahnya salah satunya dengan metode menulis, buku karangnya
sudah menjadi best seller seperti Muhammad Al-Fatih 1453, Udah Putusin Aja, Yuk Berhijab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.
2013. Kitab Sejarah Nabi Muhammad Saw. Jogjakarta:
Diva Press.
Asy-syanqithi, Syaikh. 2007. Tafsir Adhwa’ul Bayan Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam.
Ar-Rifa’i, Muahmmad Nasib. 2012. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Jakarta: Gema Insani.
Az-Zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith. Jakarta: Gema Insani.
https://quran.com
[1] Syaikh Asy-Syanqithi, Tafsisr Adhwa’ul
Bayan Jilid 3,
(Jakarta:
Pustaka Azzam,
2007) hlm. 331-334.
[2] Muhammad
Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani,
2012) hlm. 714.
[3] Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith Jilid 2,
(Jakarta: Gema Insani, 2013) hlm. 276-277.
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
ReplyDeleteKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa