Keep Learning

"Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan" - imam syafi'i

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Knowledge is power

all the studying you are doing not will be worth it in the end! Good Luck!

Wednesday, February 15, 2017

Psikologi Konseling #Tugas2


Fungsi dan Tujuan Konseling Bimbingan Penasehatan dan Psikoterapi
 
KONSELING

Fungsi :
1.     Pemahaman
2.     Pencegahan
3.     Pengetasan
4.     Pemeliharaan 

Tujuan :
1.     Merubah prilaku klien yang buruk
2.     Belajar membuat keputusan
3.     Mencegah munculnya masalah
4.     Memperoleh kesehatan mental yang sehat/ positif/ baik.

BIMBINGAN

Fungsi :
1.     Penyaluran
2.     Penyesuaian
3.     Pencegahan
4.     Pengembangan
5.     Perbaikan 

Tujuan :
1.     Menemukan kepribadian agar klien dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri
2.     Merencanakan masa depan agar klien mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang lebih baik

PENASEHATAN

Fungsi :
1.     Memberikan anjuran pada seseorang

Tujuan :
1.     Memberikan arahan atau saran tanpa ada target yang dicapai

PSIKOTERAPI

Fungsi :
1.     Prefentif (pencegahan)
2.     Penyembuhan (kuratif)
3.     Pemeliharaan
4.     Pengembangan jiwa yang sehat

Tujuan :
1.     Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar
2.     Menurangi tekanan emosi
3.     Membantu klien mengembangkan potensinya
4.     Mengubah struktur kognitif individu

Tuesday, February 14, 2017

Psikologi Konseling #Tugas1


A. Pengertian Psikologi Konseling

Psikologi konseling adalah ilmu yang membahas tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan ekspresi kejiwaan dalam konteks penyelesaian atau pemberian bantuan terhadap orang-orang yang bermasalah.

B. Fungsi Psikologi dalam Pengalamannya sebagai Ilmu
      
         Deskripsi
Menggambarkan secara jelas berbagai hal yang menjadi persoalan
         Interpretasi
Menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa
         Menyusun Teori
Merumuskan ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa satu dengan yang lain
         Prediksi
Membuat ramalan atau estimasi mengenai sesuatu yang mungkin akan terjadi
         Pengendalian
Mengatur peristiwa-peristiwa (gejala)





C.  Pengertian Konseling, Bimbingan, Penasehatan dan Psikoterapi

Ø Konseling
Salah satu upaya untuk membantu mengatasi masalah oleh seorang konselor kepada klian, konseling bersifat kuarsif. Dalam konseling telah adanya masalah yang dipecahkan bersama antara konselor dan klien.

Ø Bimbingan
Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok. Bimbingan dapat dilakukan atau diberikan sekalipun tidak ada masalah. Bimbingan pada prinsipnya dilakukan lebih secara kelompok, sekalipun dapat diberikan secara individu.
Ø Penasehatan
Gagasan seseorang yang disampaikan kepada pihak lain yang dianjurkan dan dianjurkan untuk dilaksanakan karena dianggap dapat menyelesaikan masalah tapi nasehat dalam konseling adalah suatu kesalahan pengertian yang berarti konseling tidak bermaksud untuk memberikan nasihat-nasihat kepada klien.

Ø Psikoterapi
Serangkaian metode berdasarkan Ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi kejiwaan atau mental seseorang.



Monday, February 13, 2017

PSIKOLOGI ABNORMAL

Oleh Mariatul Qibtiyah Humairoh



A.    Pengertian Psikologi Abnormal

1.      Pengertian Psikologi Abnormal Secara Umum

Psikologi abnormal (abnormal psychology) merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Psikologi abnormal mencangkup sudut pandang yang lebih luas tentang prilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental (atau psikologi)[1].
Dari waktu ke waktu, sebagian besar dari kita merasa cemas atau depresi, tetapi perilaku kita itu tidak dianggap abnormal. Adalah hal yang normal untuk merasa ketika mengahadapi interviu kerja yang penting atau ujian akhir. Adalah tepat untuk merasa depresi ketika kita merasa kehilang seseorang yang dekat dengan kita atau ketika gagal dalam tes maupun dalam pekerjaan. Lalu bilamana kita dianggap melanggar batas antara perilaku normal dan abnormal?
Satu jawabannya adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal bila tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku abnormal juga dapat diindikasikan melalui besarnya atau tingkat keseriusan problem.

2.      Pengertian Psikologi Abnormal dalam Perspektif Islam

Psikologi abnormal dalam Islam dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu bersifat duniawi dan ukhrawi. Macam-macam psikologi abnormal yang termasuk katergori bersifat duniawi berupa gejala-gejala atau penyakit kejiawaan sebagaimana disebut dalam psikologi kotemporer, sedangkan psikologi abnormal yang bersifat ukhrawi, berupa penyakit akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral, spitual, dan agama.
Salah satu perspektif spiritual dan religius adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Ghazali. Psikopatologi yang merusak sistem kehidupan spiritualitas dan keagamaan seseorang oleh al-Ghazali disebut dengan al-khabisah. Yaitu akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa. Senada dengan al-Ghazali, Al-Razi dalam al-Thibb al-Ruhaniayah, menyatakan bahwa salah satu bentuk psikopatologi adalah perilaku (akhlak) tercela, sedangkan akhlak yang mahmudah merupakan pengobatan ruhani.[2]

B.    Faktor Penyebab Psikologi Abnormal

1.         Faktor Penyebab Abnormal Secara Umum

 Sebab-sebab yang menjadi seseorang abnormal ada beberapa kejadian yaitu:
a)    Faktor hereditas;
b)   Faktor sebelum lahir;
c)    Faktor ketika lahir;
d)   Faktor sesudah bayi lahir.[3]

(1)   Faktor Hereditas atau Keturunan
Yaitu antara lain pada peristiwa idiopathy, psikhosa, penyakit TBC, neurosa, idiocy, psikosa sifilitik (oleh penyakit syphilis).
(2)   Faktor Sebelum Lahir
(a)      Yaitu oleh karena kekurangan nutrisi, infeksi dan luka-luka, serta keracunan sewaktu bayi ada dalamkandungan. Jika janin mengalami keracunan atau terkena infeksi pada umumnya akan menyebabkan keguguran (abourtus).
(b)     Sewaktu ibu mengandung, dia menderita penyakit.Sehingga ada pengaruh yang buruk pada janin. Bayi yang lahir mungkin akan menderita toxemia.
(c)      Terjadi intixiacation (intoksikasi atau keracunan) pada janin, oleh karena ketika ibu mengandung muda, ia minum obat-obatan penenang yang beracun.
(d)     Ibu mengalami psikosa (jadi gila) ketika dia tengah mengandung.Bisa juga karena ibu mengalami keadaan panik, terkejut atau dalam keadaan takut ketika dia tengah mengandung. Pada umumnya, gangguan yang menimpa bayi yang akan lahir berupa cacat mental.
(3)   Faktor Ketika Lahir
Banyak resikonya waktu ibu melahirkan anaknya, Resiko tersebut dapat mengenai ibunya sendiri, sehingga mengancam keselamatan jiwanya. Karena biasanya pada saat melahirkan sering terjadi tekanan-tekanan yang mampat di dari dinding rahim ibu. Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh:
(a)      Kelahiran dengan batuan tang (tangverlossing)yang sulit.Kurang lebih 5% dari jumlah bayi yang lahir dengan cara tersebut mengalami retardasi mental. Ada juga yang mengalami defek mental dan neurosa ringan
(b)     Asphixia, yaitu lahir tanpa nafas; bayi seolah-olah tercekik. Hal ini disebabkan oleh adanya lendir dalam alat pernafasan bayi, atau ada air/cairan di dalam paru-parunya. Bayi-bayi tersebut banyak yang mengalami retardasi mental.
(c)      Prematurity atau bayi lahir sebelum masanya. Karena hal ini 5% dari bayi-bayi tersebut mengalami kerusakan mental. Seiring pertumbuhan jasmani dan jiwanya tertunda, atau mengalami keterlambatn (mengalami retardasi).
(d)     Primogeneture yaitu kelahiran pertama (prima-para). Efek mental yang terjadi dipersangkakan terjadi karena sebab berikut:
                                                           (i)     Waktu ibu hamil untuk pertama kalinya, dia menderita ketidak stabilan mental (mental instability).
                                                         (ii)     Ada kelahiran yang sukar dan lama sekali.
                                                       (iii)     Orang tua, terutama ibunya yang belum dewasa, masih snagat muda/kanak-kanak.
                                                       (iv)     Ibunya mendapat sinar sinar radium aau sinar-X terlalu banyak, sehingga bayi yang dikandung menderita hiper-radiasi dan kelak bisa mengalami amentia dan defek mental.


(4)   Faktor Sesudah Bayi Lahir
Dari jumlah bayi-bayi yang lahir, kira-kira 5% mengalami macam-macam gangguan, sehingga mereka di kelak kemudian hari menjadi anak/orang abnormal. Adapun sebab-sebabnya antara lain ialah:
(a)      Pengalaman-pengalaman traumatik (luka-luka): yaitu luka-luka pada kepala atau di kepala bagian dalam oleh karena bayi pernah jatuh, terpukul atau mengalami serangan sinar matahari (zonnesteek). Juga bayi pernah pingsan lama.
(b)     Kejang atau stuip, disebabkan oleh karena anak menderita sakit, dan panas badannya tinggi sekali. Juga anak mengalami infeksi, dan mengalami kejang-kejang. Atau menderita epilepsi atau penyakit ayan.
(c)      Infeksi pada otak atau selaput otak oleh penyakit-penyakit cerebral meningitis, gabag (mazelen, campak), dypthery, radang kuping yang mengandung nanah, dan lain-lain. Pada umumnya anak-anak tersebut mengalami retardasi atau kelambatan pada fungsi intelegensinya; dan mereka jadi apatis.
(d)     Kekurangan nutrisia kekurang zat makanan dan vitamin.
(e)      Faktor psikologis yaitu ditinggal ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Seseorang yang kurang kasih sayang akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dari segala fungsi-fungsi jasmaniah dan fungsi-fungsi kejiwaan anak. Terutama terjadi hambatan-hambatan pada perkembangan intelegensi dan emosinya.

2.      Faktor Penyebab Abnormal dalam perspektif Islam

Al-Ghazali menyebutkan delapan kategori yang termausk perilaku merusak (al-muhlikat) yang mengakibatkan psikologi abnormal, yaitu:
a)    bahaya syahwat perut dan kelamin (seperti makanan-makanan syubhat atau haram, atau hubungan seks yang dilarang);
b)   bahaya mulut (seperti mengolok-olok, debat yang tidak berarti, dusta, adu domba. Dan menceritakan kejelekan orang lain);
c)    bahaya marah, iri dan dengki;
d)   bahaya cinta dunia;
e)    bahaya cinta harta dan pelit;
f)    bahaya angkuh dan pamer;
g)   bahaya sombong dan membanggakan diri; dan
h)   bahaya menipu.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengemukakan lima macam yang menyebabkan psikopatologi, yaitu;
a)    banyak campur tangan dengan urusan orang lain, sehingga menyebabkan perselisihan dan perpecahan (QS. Al-Zukhruf; 67);
b)   berangan-angan pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi, sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat;
c)    bergantung pada selain Allah, sehingga dirinya tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan;
d)   makan yang berlebihan, terlebih lagi makanan haram, yang dapat menimbulkan kemalasan beribadah; dan
e)    banyak tidur, sehingga mengurangi tafakkur dan tadakkur, hanya menggemukan badan, dan menyia-nyiakan waktu.[4]

C.    Model Rehabilitasi atau Resosialisasi Perilaku Abnormal

1.         Model Rehabilitasi atau Resosialisasi Perilaku Abnormal Secara Umum

Salah satu model penangan yang dapat membantu rehabilitas atau resosialisasi perilaku abnormal adalah dengan psikoterapi.[5] Penggunaan teknik psikologis dan hubungan terapis klien untuk mengahasilkan perubahan emosional, kognitif, dan perilaku.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dengan terapis yang menyertakan prinsip-prisip psikologis untuk melakukan perubahan pada perilaku, pikiran dan perasaan klien, dengan tujuan untuk membantu klien mengatasi perilaku abnormal, memecahkan masalah dalam kehidupan, atau berkembang sebagai individu.[6]
Metode pendekatan tertentu yang digunakan oleh psikoterapis merefleksikan orientasi teoritis mereka. Sebagian terapi mengadopsi orientasi eklektik, yang artinya menggunakan teori dan teknik yang berasal dari dua atau lebih orientasi teoritis.
Di bawah ini perbandingan jenis-jenis penanganan perilaku abnormal menggunakan metode psikoterapi, yang terdiri dari terapi biologis, terapi psikodinamik, terapi kognitif-behavioral, dan teori humanistik.
Topik
Terapi Biologis
Terapi Psikodinamik
Terapi Kognitif-behavior
Terapi Humanistik
Tujuan penangan
Mengubah biologi untuk meringankan distres psikologis
Mendapatkan insight tentang pertahan diri/ motivasi yang tidak disadari
Belajar perilaku/kognisi yang lebih adaptif
Meningkatkan kesadaran emosional
Metode primer
Diagnosis pengobatan
Interpretasi tentang pertahanan
Intruksi, guided learning, pekerjaan rumah
Empati, dukungan, mengekplorasi berbagai emosi
Peran terapis
Aktif, direktif, diagnotif
Pasif, nondirektif, interpreter (mungkin menjauhkan diri)
Aktif, direktif, tidak menghakimi, guru
Pasif, non direktif, hangat, pemberi dukungan
Lama penangan
Singkat, dengan kunjungan tidak lanjut sesekali
Biasanya jangka panjang; beberapa penanganan jangka pendek baru
Jangka pendek diikuti sesi “booster”
Bervariasi; lamanya biasanya tidak terstruktur
Tabel 1[7]

a)    Terapi Biologis
 Terapi biologis adalah pengobatan dengan stimulasi sistem pertahanan kekebalan tubuh. Sebagian besar pengobatan ini dalam tahap penelitian klinis.[8]
b)   Terapi Psikodinamik
Terapi psikodinamika membantu individu untuk memperoleh insight mengenai, dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. Dengan mengatasi konflik-konflik ini, ego dibebabaskan dari kebutuhan untuk mempertahankan perilaku defensif, seperti fobia, perilaku obsesif-kompulsif, keluhan histeria, dan sejenisnya, yang mengahambat pengenalan tentang gangguan dari dalam.[9]
c)    Terapi Kognitif-behavior
Terapis perilaku mengidentifikasi diri dengan model terapi perilaku yang lebih luas yang disebut terapi kogniif-behavioral (cognitive-behavioral theraphy/CBT). Terapi ini berusaha untuk mengintergrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya. Terapi kognitif –behavioral memiliki asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan.[10]
d)   Terapi Humanistik
Terapi humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini, di sini dan sekarang daripada masa lalu. Akan tetapi, ada juga persamaan antar terapis psikodinamika dan humanistik. Keduanya mengasumsi bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk memperluas self-inseight klien. Bentuk utama dari terapi humanistik adalah terapi terpusat pada individu disebut juga terapi terpusat pada klien.[11]

2.         Model Rehabilitasi atau Resosialisasi Perilaku Abnormal Secara Umum

Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan al-Qur’an dan as-sunnah nabi saw.[12]
Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit manusia-manusia modern.
Psikoterapi hati itu ada lima macam:
1.      Membaca Al-Quran
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab di dalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Sugesti yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar dan membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungan. Masing-masing tahapan perlakuan terhadap al-Quran tersebut dapat menghantarkan pasien ke alam yang dapat menenangkan dan menyejukan jiwanya.
2.      Salat
Terapi yang kedua adalah salat di waktu malam. Salat yang dimaksud kan adalah salat sunnah seperti Thajjud, Muthak, Tasbih, Tarawih (khusu bulan Ramadhan), dan witir. Ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam salat, yaitu aspek olehraga, aspek meditasi, aspek auto sugesti.
3.      Bergaul dengan Orang Shalih
Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang-orang shalih. Orang yang shalih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Ia tidak hanya baik terhadap dirinya, melainkan juga baik terhadap keluarga, masyarakat, hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan pada benda-benda mati. Ia berbuat baik sebab ia tahu bahwa Allah swt. Menciptakan semua makhluk memiliki hikmah dan asrar (rahasia-rahasia) tertentu. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang shalih berarti ia dapat berbagi rasa dan berbagi pengalaman. Nasihat-nasihat orang shalih akan dapat memberikan terapi bagi kelainan atau penyakit mental seseorang.
4.      Puasa
Kaum sufi, merujuk ke hakikat dan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakup pembatasan atas seluruh anggota tunuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan segala macam dosa.
Betapa pun, shiyam atau shaum, bagi manusia, pada hakikatnya adalah menahan aau mengendalikan diri. Karena itu pula puasa dipersamakan dengan sikap sabar baik dari segi pengertian  bahasa (keduanya berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran dan puasa.
5.      Zikir
Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah swt semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya.


DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. 2009Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju.
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus., & Beverly Green. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Oltmanns, Thomas F. &  Robert E. Emery. 2013. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahayu, Iin Tri. 2009. Psikoterapi  Perspektif Islam dan Psikologi Kotemporer. Malang: UIN-Malang Press.
________. 2015. Terapi Biologis. http://kamuskesehatan.com/arti/terapi-biologis/, 3 Desember 2015



[1] Jeffrey S. Navid dkk, Psikologi Abnormal (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm. 4.
[2] Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kotemporer (Malang: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI), 2009), hlm. 137.

[3] DR. Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual (Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 31.
[4] Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kotemporer (Malang: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI), 2009), hlm. 137-138.
[5] Thomas F. Oltmanns dan Robert E. Emery, Psikologi Abnormal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 69.

[6] Jeffrey S. Navid dkk, Psikologi Abnormal (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm. 101.

[7] Thomas F. Oltmanns dan Robert E. Emery, Psikologi Abnormal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 71.

[8] _______, Trapi Biologisi, http://kamuskesehatan.com/arti/terapi-biologis/, diakses 3 Desember  2015, jam 20.30 WIB.
[9] Jeffrey S. Navid dkk, Psikologi Abnormal (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm. 104.
[10] Jeffrey S. Navid dkk, Psikologi Abnormal (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm. 113.
[11] Jeffrey S. Navid dkk, Psikologi Abnormal (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm. 109.
[12] Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kotemporer (Malang: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI), 2009), hlm. 208.