A.
Pengertian Psikologi Abnormal
1.
Pengertian
Psikologi Abnormal Secara Umum
Psikologi abnormal
(abnormal psychology) merupakan salah
satu cabang psikologi yang berupaya memahami pola perilaku abnormal dan cara
menolong orang-orang yang mengalaminya. Psikologi abnormal mencangkup sudut pandang
yang lebih luas tentang prilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan
mental (atau psikologi).
Dari waktu ke
waktu, sebagian besar dari kita merasa cemas atau depresi, tetapi perilaku kita
itu tidak dianggap abnormal. Adalah hal yang normal untuk merasa ketika
mengahadapi interviu kerja yang penting atau ujian akhir. Adalah tepat untuk
merasa depresi ketika kita merasa kehilang seseorang yang dekat dengan kita
atau ketika gagal dalam tes maupun dalam pekerjaan. Lalu bilamana kita dianggap
melanggar batas antara perilaku normal dan abnormal?
Satu jawabannya
adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal
bila tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku abnormal juga dapat diindikasikan
melalui besarnya atau tingkat keseriusan problem.
2.
Pengertian
Psikologi Abnormal dalam Perspektif Islam
Psikologi abnormal dalam Islam dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu
bersifat duniawi dan ukhrawi. Macam-macam psikologi abnormal yang termasuk
katergori bersifat duniawi berupa gejala-gejala atau penyakit kejiawaan
sebagaimana disebut dalam psikologi kotemporer, sedangkan psikologi abnormal
yang bersifat ukhrawi, berupa penyakit akibat penyimpangan terhadap norma-norma
atau nilai-nilai moral, spitual, dan agama.
Salah satu perspektif spiritual dan religius adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh al-Ghazali. Psikopatologi yang merusak sistem kehidupan
spiritualitas dan keagamaan seseorang oleh al-Ghazali disebut dengan
al-khabisah. Yaitu akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa.
Senada dengan al-Ghazali, Al-Razi dalam al-Thibb al-Ruhaniayah, menyatakan
bahwa salah satu bentuk psikopatologi adalah perilaku (akhlak) tercela,
sedangkan akhlak yang mahmudah merupakan pengobatan ruhani.
B.
Faktor Penyebab Psikologi Abnormal
1.
Faktor
Penyebab Abnormal Secara Umum
Sebab-sebab
yang menjadi seseorang abnormal ada beberapa kejadian yaitu:
a)
Faktor hereditas;
b)
Faktor sebelum
lahir;
c)
Faktor ketika
lahir;
d)
Faktor sesudah bayi
lahir.
(1)
Faktor Hereditas
atau Keturunan
Yaitu
antara lain pada peristiwa idiopathy, psikhosa, penyakit TBC, neurosa, idiocy,
psikosa sifilitik (oleh penyakit syphilis).
(2)
Faktor Sebelum
Lahir
(a)
Yaitu oleh karena
kekurangan nutrisi, infeksi dan luka-luka, serta keracunan sewaktu bayi ada
dalamkandungan. Jika janin mengalami keracunan atau terkena infeksi pada
umumnya akan menyebabkan keguguran (abourtus).
(b)
Sewaktu ibu
mengandung, dia menderita penyakit.Sehingga ada pengaruh yang buruk pada janin.
Bayi yang lahir mungkin akan menderita toxemia.
(c)
Terjadi
intixiacation (intoksikasi atau keracunan) pada janin, oleh karena ketika ibu
mengandung muda, ia minum obat-obatan penenang yang beracun.
(d)
Ibu mengalami
psikosa (jadi gila) ketika dia tengah mengandung.Bisa juga karena ibu mengalami
keadaan panik, terkejut atau dalam keadaan takut ketika dia tengah mengandung.
Pada umumnya, gangguan yang menimpa bayi yang akan lahir berupa cacat mental.
(3)
Faktor Ketika Lahir
Banyak resikonya waktu ibu melahirkan anaknya, Resiko
tersebut dapat mengenai ibunya sendiri, sehingga mengancam keselamatan jiwanya.
Karena biasanya pada saat melahirkan sering terjadi tekanan-tekanan yang mampat
di dari dinding rahim ibu. Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh:
(a)
Kelahiran dengan
batuan tang (tangverlossing)yang sulit.Kurang lebih 5% dari jumlah bayi yang
lahir dengan cara tersebut mengalami retardasi
mental.Ada juga yang mengalami defek mental dan neurosa ringan
(b)
Asphixia, yaitu
lahir tanpa nafas; bayi seolah-olah tercekik. Hal ini disebabkan oleh adanya
lendir dalam alat pernafasan bayi, atau ada air/cairan di dalam paru-parunya.
Bayi-bayi tersebut banyak yang mengalami retardasi mental.
(c)
Prematurity atau
bayi lahir sebelum masanya. Karena hal ini 5% dari bayi-bayi tersebut mengalami
kerusakan mental. Seiring pertumbuhan jasmani dan jiwanya tertunda, atau
mengalami keterlambatn (mengalami retardasi).
(d)
Primogeneture yaitu
kelahiran pertama (prima-para). Efek mental yang terjadi dipersangkakan terjadi
karena sebab berikut:
(i) Waktu ibu hamil untuk pertama kalinya, dia menderita
ketidak stabilan mental (mental instability).
(ii) Ada kelahiran yang sukar dan lama sekali.
(iii)
Orang tua, terutama
ibunya yang belum dewasa, masih snagat muda/kanak-kanak.
(iv) Ibunya mendapat sinar sinar radium aau sinar-X terlalu
banyak, sehingga bayi yang dikandung menderita hiper-radiasi dan kelak bisa
mengalami amentia dan defek mental.
(4)
Faktor Sesudah Bayi
Lahir
Dari jumlah bayi-bayi yang lahir, kira-kira 5% mengalami
macam-macam gangguan, sehingga mereka di kelak kemudian hari menjadi anak/orang
abnormal. Adapun sebab-sebabnya antara lain ialah:
(a)
Pengalaman-pengalaman
traumatik (luka-luka): yaitu
luka-luka pada kepala atau di kepala bagian dalam oleh karena bayi pernah
jatuh, terpukul atau mengalami serangan sinar matahari (zonnesteek). Juga bayi
pernah pingsan lama.
(b)
Kejang atau stuip,
disebabkan oleh karena anak menderita sakit, dan panas badannya tinggi sekali.
Juga anak mengalami infeksi, dan mengalami kejang-kejang. Atau menderita
epilepsi atau penyakit ayan.
(c)
Infeksi pada otak atau selaput otak oleh penyakit-penyakit cerebral meningitis, gabag
(mazelen, campak), dypthery, radang kuping yang mengandung nanah, dan
lain-lain. Pada umumnya anak-anak tersebut mengalami retardasi atau kelambatan
pada fungsi intelegensinya; dan mereka jadi apatis.
(d)
Kekurangan nutrisia kekurang zat makanan dan vitamin.
(e)
Faktor psikologis yaitu
ditinggal ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Seseorang yang kurang kasih sayang
akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dari segala fungsi-fungsi jasmaniah dan
fungsi-fungsi kejiwaan anak. Terutama terjadi hambatan-hambatan pada
perkembangan intelegensi dan emosinya.
2.
Faktor
Penyebab Abnormal dalam perspektif Islam
Al-Ghazali
menyebutkan delapan kategori yang termausk perilaku merusak (al-muhlikat) yang
mengakibatkan psikologi abnormal, yaitu:
a)
bahaya syahwat
perut dan kelamin (seperti makanan-makanan syubhat atau haram, atau hubungan
seks yang dilarang);
b)
bahaya mulut
(seperti mengolok-olok, debat yang tidak berarti, dusta, adu domba. Dan
menceritakan kejelekan orang lain);
c)
bahaya marah, iri
dan dengki;
d)
bahaya cinta dunia;
e)
bahaya cinta harta
dan pelit;
f)
bahaya angkuh dan
pamer;
g)
bahaya sombong dan
membanggakan diri; dan
h)
bahaya menipu.
Ibnu Qayyim
al-Jauziyah mengemukakan lima macam yang menyebabkan psikopatologi, yaitu;
a)
banyak campur
tangan dengan urusan orang lain, sehingga menyebabkan perselisihan dan
perpecahan (QS. Al-Zukhruf; 67);
b)
berangan-angan pada
sesuatu yang tidak mungkin terjadi, sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan
jahat;
c)
bergantung pada
selain Allah, sehingga dirinya tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan;
d)
makan yang
berlebihan, terlebih lagi makanan haram, yang dapat menimbulkan kemalasan
beribadah; dan
e)
banyak tidur,
sehingga mengurangi tafakkur dan tadakkur, hanya menggemukan badan, dan
menyia-nyiakan waktu.
C.
Model Rehabilitasi atau Resosialisasi Perilaku
Abnormal
1.
Model
Rehabilitasi atau Resosialisasi Perilaku Abnormal Secara Umum
Salah satu model penangan yang dapat membantu rehabilitas
atau resosialisasi perilaku abnormal adalah dengan psikoterapi.
Penggunaan teknik psikologis dan hubungan terapis klien untuk mengahasilkan
perubahan emosional, kognitif, dan perilaku.
Psikoterapi adalah
suatu interaksi sistematis antara klien dengan terapis yang menyertakan
prinsip-prisip psikologis untuk melakukan perubahan pada perilaku, pikiran dan
perasaan klien, dengan tujuan untuk membantu klien mengatasi perilaku abnormal,
memecahkan masalah dalam kehidupan, atau berkembang sebagai individu.
Metode pendekatan
tertentu yang digunakan oleh psikoterapis merefleksikan orientasi teoritis
mereka. Sebagian terapi mengadopsi orientasi eklektik, yang artinya menggunakan
teori dan teknik yang berasal dari dua atau lebih orientasi teoritis.
Di bawah ini
perbandingan jenis-jenis penanganan perilaku abnormal menggunakan metode
psikoterapi, yang terdiri dari terapi biologis, terapi psikodinamik, terapi
kognitif-behavioral, dan teori humanistik.
Topik
|
Terapi Biologis
|
Terapi Psikodinamik
|
Terapi Kognitif-behavior
|
Terapi Humanistik
|
Tujuan penangan
|
Mengubah
biologi untuk meringankan distres psikologis
|
Mendapatkan insight tentang pertahan diri/
motivasi yang tidak disadari
|
Belajar
perilaku/kognisi yang lebih adaptif
|
Meningkatkan
kesadaran emosional
|
Metode primer
|
Diagnosis
pengobatan
|
Interpretasi
tentang pertahanan
|
Intruksi, guided learning, pekerjaan rumah
|
Empati,
dukungan, mengekplorasi berbagai emosi
|
Peran terapis
|
Aktif,
direktif, diagnotif
|
Pasif,
nondirektif, interpreter (mungkin menjauhkan diri)
|
Aktif,
direktif, tidak menghakimi, guru
|
Pasif, non
direktif, hangat, pemberi dukungan
|
Lama penangan
|
Singkat,
dengan kunjungan tidak lanjut sesekali
|
Biasanya
jangka panjang; beberapa penanganan jangka pendek baru
|
Jangka
pendek diikuti sesi “booster”
|
Bervariasi; lamanya
biasanya tidak terstruktur
|
a)
Terapi Biologis
Terapi
biologis adalah pengobatan dengan stimulasi sistem pertahanan kekebalan tubuh.
Sebagian besar pengobatan ini dalam tahap penelitian klinis.
b)
Terapi Psikodinamik
Terapi psikodinamika membantu individu untuk memperoleh insight mengenai, dan mengatasi konflik
bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. Dengan
mengatasi konflik-konflik ini, ego dibebabaskan dari kebutuhan untuk
mempertahankan perilaku defensif, seperti fobia, perilaku obsesif-kompulsif,
keluhan histeria, dan sejenisnya, yang mengahambat pengenalan tentang gangguan
dari dalam.
c)
Terapi
Kognitif-behavior
Terapis perilaku mengidentifikasi diri dengan model
terapi perilaku yang lebih luas yang disebut terapi kogniif-behavioral
(cognitive-behavioral theraphy/CBT). Terapi ini berusaha untuk
mengintergrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu
individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi
juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya. Terapi kognitif
–behavioral memiliki asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi
perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku
yang diharapkan.
d)
Terapi Humanistik
Terapi humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan
disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada
apa yang dialami klien saat ini, di sini dan sekarang daripada masa lalu. Akan
tetapi, ada juga persamaan antar terapis psikodinamika dan humanistik. Keduanya
mengasumsi bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini
dan keduanya mencoba untuk memperluas self-inseight
klien. Bentuk utama dari terapi humanistik adalah terapi terpusat pada
individu disebut juga terapi terpusat pada klien.
2.
Model
Rehabilitasi atau Resosialisasi Perilaku Abnormal Secara Umum
Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit
baik mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan al-Qur’an
dan as-sunnah nabi saw.
Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua
aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit
manusia-manusia modern.
Psikoterapi
hati itu ada lima macam:
1.
Membaca Al-Quran
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama,
sebab di dalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit
jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat
sugesti keimanan pasien. Sugesti yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar
dan membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungan.
Masing-masing tahapan perlakuan terhadap al-Quran tersebut dapat menghantarkan
pasien ke alam yang dapat menenangkan dan menyejukan jiwanya.
2.
Salat
Terapi yang kedua adalah salat di waktu malam. Salat yang
dimaksud kan adalah salat sunnah seperti Thajjud, Muthak, Tasbih, Tarawih
(khusu bulan Ramadhan), dan witir. Ada empat aspek terapeutik yang terdapat
dalam salat, yaitu aspek olehraga, aspek meditasi, aspek auto sugesti.
3.
Bergaul dengan
Orang Shalih
Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang-orang
shalih. Orang yang shalih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan
mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi
kehidupan. Ia tidak hanya baik terhadap dirinya, melainkan juga baik terhadap
keluarga, masyarakat, hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan pada benda-benda mati. Ia
berbuat baik sebab ia tahu bahwa Allah swt. Menciptakan semua makhluk memiliki
hikmah dan asrar (rahasia-rahasia) tertentu. Jika seseorang dapat bergaul
dengan orang shalih berarti ia dapat berbagi rasa dan berbagi pengalaman.
Nasihat-nasihat orang shalih akan dapat memberikan terapi bagi kelainan atau
penyakit mental seseorang.
4.
Puasa
Kaum sufi, merujuk ke hakikat dan tujuan puasa,
menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakup
pembatasan atas seluruh anggota tunuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan
segala macam dosa.
Betapa
pun, shiyam atau shaum, bagi manusia, pada hakikatnya adalah menahan aau
mengendalikan diri. Karena itu pula puasa dipersamakan dengan sikap sabar baik
dari segi pengertian bahasa (keduanya
berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran dan puasa.
5.
Zikir
Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas
zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang
tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang
membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah swt semata, sehingga zikir
mampu memberi sugesti penyembuhannya.