Keep Learning

"Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan" - imam syafi'i

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Knowledge is power

all the studying you are doing not will be worth it in the end! Good Luck!

Wednesday, April 19, 2017

Menumbuhkan Kebiasaan Anak untuk Membaca Buku


Menumbuhkan Kebiasaan Anak untuk Membaca Buku
Oleh: Mariatul Qibtiyah Humairoh


   

      Membaca, kata itu sudah tidak asing lagi didengar oleh telinga kita. Namun, apa makna membaca itu sendiri? Membaca adalah cara kita untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, dengan kata lain dengan membaca akan banyak informasi yang kita dapatkan dan dapat mengetahui banyak hal dengan hanya melakukan aktivitas yang sederhana ini. Sering mendengar juga membaca adalah jendela dunia, bayangkan saja dengan hanya membaca kita dapat mengetahui banyak hal tentang sebuah negara yang belum pernah kita kunjungi, dengan membaca kita dapat berpindah-pindah tempat, berpindah negara dengan waktu yang singkat. Namun sayangnya aktivitas yang sederhana ini ternyata sulit dilakukan oleh kebanyakan orang. Terlebih lagi jika kebiasaan membaca tidak diterapkan sejak masa kanak-kanak. Diibaratkan kegitan membaca seperti membiasakan anak memakan sayur, jika ia tidak dibiasakan sejak kecil makan akan sulit menerimanya. Perlu usaha ekstra untuk menerapkan hal tersebut agar menjadi kebiasaan bagi si anak ketika dewasa nanti. 

     Berdasarkan berita yang didapat dari kompas.com pada tanggal 19 Agustus 2016, Hasil dari studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Jangankan warga yang tak sekolah, warga yang merasakan bangku pendidikan ataupun yang sedang menempuh bangku pendidikanpun dari mulai sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi pun terkadang mereka masih malas untuk membaca, yang katanya buku itu gudangnya ilmu. Terlebih dimasa sekarang, akibat dari arus globalisasi yang membuat teknologi semakin berkembang dan adanya internet memudahkan anak-anak yang sedang menempuh pendidikan berpikiran serba praktis untuk mendapatkan sesuatu dengan mengambil dari internet dari pada membaca buku. 

     Berbicara tentang kebiasaan, hal tersebut akan mudah mendarah daging apabila sudah diterapkan sejak usia kanak-kanak. Oleh karena itu untuk menumbuhkan kebiasaan seseorang untuk membaca, mulailah kebiasaan itu diterapkan sejak seseorang itu masih mudah untuk diatur dan menerimanya. Menurut Havighurts masa anak-anak usia 6-12 tahun memiliki tugas perkembangan untuk mengembangkan kemampuan dasar dalam membaca.Usia 6-12 tahun merupakan usia emas bagi anak anak karena pada usia ini anak memiliki tingkat daya serap yang sangat cepat, yang dapat memengaruhi banyak aspek seperti perkembangan bahasa, daya tangkap, rasa ingin tahu dan minat terhadap suatu hal. Maka dari itu kondisi atau masa yang bagus ini harus dimanfaatkan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca. 

     Kemudian dalam pandangan Islam membaca merupakan perintah yang diturunkan Allah SWT pertama kali sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad untuk manusia. Sebagaimana yang tertuang dalam ayat Al Qur'an yang artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Al-Alaq:1-5). Dalam Islam, keyakinan tauhid yang menjadi pusat ajarannya, bahkan dimulai dengan aktivitas membaca” Iqro’. Oleh karena itu kegiatan membaca sangatlah penting, karena dengan membaca kita dapat mempelajari banyak hal dan memahaminya.  

     Lalu bagaimanakah upaya menumbuhkan kebiasaan anak untuk membaca? Berdasarkan artikel yang terdapat di website http://www.kemsos.go.id Ada banyak upaya tentunya yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan anak untuk membaca, antara lain:

1.     Sediakan waktu luang untuk membacakan buku untuk anak anda setiap hari. Penelitian mengungkapkan bahwa dengan membacakan dengan suara lantang secara rutin kepada anak-anak akan menghasilkan perkembangan yang signifikan pada pemahaman membaca, kosa kata, dan pemenggalan kata. Baik anak anda dalam usia belum sekolah maupun yang sudah, hal itu akan membuat mereka berkeinginan untuk membaca dengan sendirinya.
2.     Kelilingi anak-anak anda dengan berbagai buku bacaan. Anak-anak yang memiliki berbagai macam jenis bacaan di rumahnya mendapatkan nilai lebih tinggi pada standarisasi tes. Bujuklah anak anda untuk membaca dengan mengoleksi buku-buku bacaan yang menarik dan majalah yang se-suai dengan umur mereka. Letakkan buku bacaan di mobil, kamar mandi, tempat tidur, ruang keluarga, dan bahkan di ruang TV.
3.      Buatlah waktu membaca bersama keluarga. Sediakan waktu setiap hari 15 sampai 30 menit untuk seluruh anggota keluarga membaca bersama-sama dengan tenang. Dengan melihat anda membaca akan membuat anak anda ikut membaca. Hanya dengan berlatih 15 menit setiap hari cukup untuk meningkatkan minat baca mereka.
4.     Berikan dukungan pada berbagai aktivitas membaca mereka. Jadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan anak anda. Biarkan mereka membaca menu, rambu jalanan, petunjuk pada mainan, ramalan cuaca, acara TV, dan semua informasi praktis harian. Dan juga, pastikan mereka selalu memiliki bacaan untuk waktu luang mereka ketika sedang menunggu giliran saat pergi ke dokter, atau saat sedang di dalam mobil.
5.     Biasakan pergi ke perpustakaan. Ajak anak anda agar lebih banyak membaca dengan membawa mereka pergi ke perpustakaan setiap beberapa minggu untuk mendapatkan buku bacaan yang baru. Perpustakaan biasanya menyediakan program membaca untuk anak-anak segala usia dan mengembangkan minat membaca mereka.
6.      Perlu diperhatikan oleh orang tua, apakah mereka ada kesulitan dalam membaca buku bacaannya. Para guru di sekolah tidak selalu mengetahui kesulitan atau masalah membaca pada anak-anak sampai mereka serius bermasalah. Cari tahu apakah anak anda dapat melafalkan kata-kata, mengetahui kata-kata yang dilihatnya, menggunakan susunan kalimat untuk mengidentifikasi kata-kata yang tidak diketahui, dan mengetahui se-penuhnya apa yang mereka baca.
7.      Perlihatkan antusias anda saat anak membaca buku bacaannya. Reaksi anda memiliki pengaruh yang besar pada seberapa tinggi motivasi mereka untuk berusaha menjadi pembaca yang baik. Pastikan anda memberikan pujian yang tulus atas usaha keras mereka. Apabila perlu beri incentive kepada mereka sebagai hadiah dan pendorong atas aktivitas mereka dalam membaca. Sehingga upaya ini akan memberikan dorongan bagi anak untuk lebih gemar membaca dan mencintai buku-buku 

      Dapat kita simpulkan, bahwa menumbuhkan kebiasaan membaca sejak anak masih usia dini sangatlah penting untuk membentuk suatu kebiasaan yang melekat pada si anak dan peran orangtua dalam masa ini sangatlah penting, karena orangtualah yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dalam hal menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak, dimulai dari orang tuanya juga. Jika para orangtua ingin anak-anaknya mempunyai kegemaran dan kebiasaan membaca maka berilah contoh tindakan agar anak mengikutinya, karena seorang anak adalah peniru terbaik yang pernah ada. Percuma jika orangtua menginginkan anak yang mempunyai kebiasaan membaca tapi orangtua tuanya sendiri tidak mempunyai kebiasaan tersebut.
          
    

Tuesday, April 18, 2017

Kritik Terhadap Teori Ivan Pavlov




 Kritik Terhadap Teori Ivan Pavlov

Secara garis besar teori yang di kembangkan Pavlov melalui media hewan yaitu anjing, sangat dinilai tidak bermoral , dalam teori Pavlov, anjing di siksa sedemikian rupa agar dapat disimpulkan bahwa ia dapat menangapi rangsanngan dari berbagai kondisi, hal ini tentunnya tidak di benarkan.
Riset yang dilakukan oleh Pavlov, dan hasil riset itu ditetapkan atau menjadi indicator untuk mengetahui kepribadian seseorang (manusia).  Meskipun anjing di kategorikan dalam hewan yang mudah dilatih, namun bukan berarti indicator tersebut dapat di implementasikan dalam diri seseorang atau manusia, karena Secara kondisi biologis manusia dan anjing sangat berbeda.

Teori Kepribadian Ivan Pavlov Classical Conditioning



  Teori Kepribadian Ivan Pavlov Classical Conditioning

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Eksperimen Pavlov:


Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1.      Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2.      Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3.      Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4.      Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dalam percobaan di atas, kita dapat mendapatkan point – point penting yaitu :
1.      Penguasaan (akuisisi)
Penguasaan atau bagaimana organisme mempelajari sesuatu respon atau respon baru berlaku beberapa tingkatan. Juga semakin sering organisme itu mencoba, lebih kuat penguasaan berlaku.
2.      Generalisasi (generalitation)
Dalam eksperimennya, Pavlov juga telah menggunakan lonceng yang berbeda nada, tetapi anjing itu masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa sesuatu organisme yang telah terlazim dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim (RTT seperti lonceng) juga akan menghasilkan respon terlazim (GT = keluar air liur) walau pun rangsangan itu berbeda atau hampir sama (yaitu, nada lonceng yang berbeda). Dengan kata lain, organisme itu dapat membuat generalisasi bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin diikuti dengan respon (makanan).
3.        Diskriminasi (Discrimination)
Pavlov juga mendapati bahwa apabila dia mengubah nada lonceng, anjing itu masih mengeluarkan air liur. Bila nada lonceng itu jauh berbeda dari lonceng yang asli, anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa organisme tersebut dapat membedakan atau mendikriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Yaitu, sesuatu organisme mampu untuk bergerak balas ke sesuatu rangsangan tetapi tidak ke rangsangan yang lain.
4.      Penghapusan (Extinction)
Jika sesuatu rangsangan terlazim (lonceng) tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim (makanan), lama kelamaan organisme itu tidak akan melakukan respon.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1.      Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.      Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental, refleksiologis objektif Pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.

Sumber:


Putri, Oktaviani Pratama. 2013. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov. (online), (https://oktavianipratama.wordpress.com/makalah-makalah/teori-belajar-ivan-petrovich-pavlov/, diakses tanggal 10 Mei 2016).

Asdaqfillah, Yohana. 2010. Ivan Pavlov. (online), (http://psikoumum.blogspot.co.id/p/ivan-pavlov.html, diakses tanggal 10 Mei 2016).

_____________. 2014. Ivan Pavlov. (online), (http://m-belajar.blogspot.co.id/2014/06/teori-kepribadian-ivan-pavlov.html, diakses tanggal 10 Mei 2016)
 

Biodata Ivan Pavlov




Ivan Petrovich Pavlov lahir di Ryazan, Rusia, pada tanggal 26 September 1849, putra seorang pendeta paroki yang miskin. Dia suka bekerja dengan ayahnya di kebun, dan  minat awal pada tanaman berlangsung seumur hidupnya. Pada usia sembilan atau sepuluh, Pavlov mengalami penurunan yang mempengaruhi kesehatan sehingga pendidikan formalnya tertunda. Ketika ia berusia sebelas tahun, ia masuk ke kelas dua sekolah gereja di Ryazan. Pada 1864 ia pergi ke Theological Seminary dari Ryazan, sebuah sekolah pelatihan bagi para pendeta. Di sana ia belajar agama, bahasa klasik, dan filsafat, dan ia mengembangkan minat dalam sains.
Pada 1870 Pavlov diterima di Universitas St Petersburg (Leningrad) di Rusia. Ia belajar fisiologi hewan sebagai kuliah mayor dan kimia untuk kuliah minor nya. Di universitas itu ia belajar kimia organik dan kimia anorganik. Dengan cara ini dia belajar tentang apa yang membentuk kedua hal anorganik pada tanaman dan hewan. Dia juga belajar teknik-teknik investigasi ilmiah. Penyelidikan ilmiah dimulai dengan mengajukan pertanyaan; ilmuwan kemudian mengumpulkan informasi tentang pertanyaan itu dan menciptakan sebuah pernyataan yang mungkin menjelaskan jawaban; akhirnya, ilmuwan tes jawaban mungkin melalui observasi.
Setelah lulus dari Universitas St Petersburg, Pavlov memasuki Akademi Militer Medis pada 1881. Dia bekerja di sana sebagai asisten laboratorium selama dua tahun. Pada 1877, saat masih di akademi, ia menerbitkan karya pertamanya. Ini adalah tentang peraturan peredaran darah dengan refleks (tidak sadar atau tak sadar ada tindakan dari tubuh). Dua tahun kemudian ia menyelesaikan kuliahnya di akademi. Dia berhasil bersaing dalam ujian yang diberikan kepada seluruh sekolah. Dengan memenangkan kompetisi ini, Pavlov diberi beasiswa untuk melanjutkan studi pascasarjana di akademi.
Pada 1881 Pavlov menikah Serafima Karchevskais. Ia menghabiskan sepuluh tahun berikutnya di akademi. Pada 1883 ia menyelesaikan tesisnya (esai panjang yang dihasilkan dari penelitian asli di perguruan tinggi) pada saraf jantung. Tak lama kemudian ia menerima gelar dokter medis. Selama tahun 1880-an Pavlov menyempurnakan teknik-teknik investigasi ilmiah. Karya ini membuat penemuan penting yang mungkin di kemudian hari.
Pada 1890 Pavlov diangkat menjadi ketua farmakologi (ilmu mempersiapkan obat-obatan) di akademi. Setahun kemudian ia menjadi direktur Departemen Institut Fisiologi eksperimental Kedokteran. Pada 1895 ia menerima kursi fisiologi di akademi, yang dipegangnya hingga 1925. Selama empat puluh tahun berikutnya lima Pavlov mengejar studinya pada kelenjar pencernaan dan refleks terkondisi.
Selama fase pertama kegiatan ilmiah (1874-1888), Pavlov mengamati sistem peredaran darah. Ia memusatkan perhatian pada bagaimana perubahan tekanan darah dalam berbagai kondisi dan bagaimana aktivitas jantung diatur. Dia melihat bahwa tekanan darah anjing di laboratoriumnya nyaris tidak berubah, apakah mereka diberi makan makanan kering atau berlebihan kaldu daging.
Pavlov mengamati serat khusus yang disebut saraf yang membawa sensasi dan membuat gerakan seluruh tubuh. pengamatan-Nya membuatnya menyatakan bahwa irama dan kekuatan denyut jantung diatur oleh empat serat saraf tertentu. Sekarang secara umum diterima bahwa dua saraf, n. vagus dan simpatik, menghasilkan efek terhadap jantung yang Pavlov melihat.
Pada tahap kedua dari karya ilmiah (1888-1902), Pavlov berkonsentrasi pada saraf mengarahkan kelenjar pencernaan. Pada 1888 ia menemukan saraf pankreas yang mengontrol aliran insulin. Insulin adalah suatu zat yang mengatur pencernaan pati dan gula. Pada 1889 Pavlov menemukan saraf mengontrol lambung (perut) kelenjar. Untuk pekerjaan ini Pavlov menerima Hadiah Nobel 1904 dalam Fisiologi atau Kedokteran.
Tahap akhir karir ilmiah Pavlov (1902-1936) difokuskan pada AC refleks menentukan bagaimana mempengaruhi otak. Pavlov telah mengamati bahwa anjing laboratorium itu akan mengeluarkan air liur dan jus daging lambung sebelum benar-benar diberikan kepada mereka. Pemandangan, bau, atau bahkan jejak petugas membawa daging sudah cukup untuk memicu aliran air liur.
Artikel ilmiah terakhir Pavlov ditulis untuk Great Ensiklopedia Medis pada 1934. Di dalamnya ia membahas gagasan bahwa ada dua sistem serabut saraf. Sistem pertama menerima sinyal atau jejak dari dunia luar melalui indera. Baik manusia dan hewan memiliki sistem ini. Sistem kedua berkaitan dengan sinyal dari sistem pertama dan melibatkan kata-kata dan pikiran. Hanya manusia memiliki sistem ini. AC refleks memainkan peran penting dalam kedua sistem saraf. Pikir Pavlov refleks terkondisi adalah cara utama di mana makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya.
Pavlov menentang posisi politik ekstrim apapun. Dia tidak menyambut baik Revolusi Rusia tahun 1917, yang menghancurkan sistem lama tsar, atau penguasa tertinggi Rusia, dan menggantinya dengan sistem Komunis. Dalam masyarakat Komunis, properti ini diselenggarakan oleh negara dan negara mengontrol distribusi barang. Pavlov adalah bermusuhan dengan sistem komunis yang baru. Meskipun demikian, Premier Lenin (1870-1924, pemimpin Uni Soviet) menandatangani sebuah dekrit khusus pada tahun 1921, meyakinkan bahwa Pavlov akan memiliki dukungan untuk karya ilmiah. Pada tahun 1930 pemerintah membangun dirinya laboratorium. Pada 1935 Pavlov telah menjadi dirujuk ke sistem komunis. Dia menyatakan bahwa pemerintah ", juga, adalah sebuah percobaan tapi dalam kategori yang tak terkira dan lebih tinggi."
Pavlov, jatuh sakit pada tahun 1935 tetapi cukup pulih untuk berpartisipasi di Kongres Internasional Fisiologis kelimabelas. Kemudian ia menghadiri Kongres Neurological di London, Inggris. Ia meninggal pada tanggal 27 Februari 1936

Sumber :
Cervone, Daniel., & Pervin, Lawrence. 2012. Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta: Selemba Humanika.